Thursday, April 8, 2010

cerita pohon apel dan anak kecil

[ dari acara motivasi belajar Tridaya ]

ada 1 orang anak kecil yang suka sekali bermain dengan pohon apel. anak itu nyaman sekali bersandar di dahan dahan pohon apel itu, selain bisa bersandar dan berteduh anak itu bisa memakan buah apel itu. sama dengan pohon apel itu, pohon apel sangat senang dan bahagia bermain dengan anak kecil itu. hampir setiap hari setelah pulang sekolah, anak kecil itu menghampiri pohon apel itu. namun, saat ini tidak. sudah lama anak itu tidak datang lagi. pohon apel itu sangat sedih dan rindu. setiap jam pohon apel itu menunggu menunggu dan menunggu kedatangan anak kecil itu.

suatu ketika anak kecil itu datang menghampiri pohon apel itu. pohon apel itu sangat senang. pohon apel itu berkata " hai temanku, sudah lama aku menunggumu, akhirnya kau datang juga. maukah kamu bermain denganku lagi ?" anak kecil itu menjawab " oh maaf pohon, aku tidak bisa bermain denganmu lagi, sebab sekarang aku sedang ingin bermain mobil mobilan, namun aku tidak punya uang untuk membeli mainan itu, maukah kau membantuku ?" pohon apel itu menjawab " akupun tidak punya uang untuk membelikan kamu mainan, tapi jika kamu mau, kamu bisa membawa buahku untuk kamu jual." anak itu bertanya " benarkah ?" " ya, silahkan membawa buah apelku ini, dengan senang hati." anak kecil itu sangat senang. dan sehabis membawa semua buah apel itu, ia membawanya untuk dijual.

kira pohon itu anak kecil itu akan datang kembali untuk bermain dengannya. namun hari ini pohon apel itu harus menunggu bertahun tahun untuk menunggu kedatangan anak kecil itu. pohon apel itu harus menangis dan bersedih kembali. ketika pohon itu menghadap kearah depan, ia melihat anak laki laki yang gagah, ia memakai kemeja berwarna coklat dengan motif kotak kotak. pohon apel itu bingung, siapa anak laki laki itu ?. anak itu menghampiri pohon apel itu. pohon itu bertanya " apakah kamu anak kecil yang dulu suka bermain denganku ?" anak itu menjawab " ya, aku adalah anak kecil yang dulu bermain denganmu." pohon itu bertanya " apakah kamu mau bermain kembali denganku ? sudah lama aku tidak bermain denganmu.." anak itu menjawab " maaf, aku tidak bisa bermain denganmu, aku sekarang telah tumbuh dewasa. aku sekarang telah punya keluarga. dan jika aku bermain main denganmu, waktuku terbuang." pohon itu bertanya " oh ya sudah, tapi sepertinya ada yang tidak beres denganmu. mukamu terlihat bingung. mengapa ?" anak itu menjawab " aku sedang bingung aku tidak punya rumah untuk aku berteduh, maukah kamu membantuku ?" pohon apel itu menjawab " aku juga tidak punya rumah, kalau mau kamu membawa daun daunku ini untuk kamu berteduh sementara." anak itu mengambil daun daun pohon apel itu. anak laki laki itu akhirnya pulang dengan tangan membawa kantung keresek yang berisi daun.

setelah itu anak itu tidak pernah datang menghampiri pohon apel itu. pohon apel sangat sedih. bertehun tahun pohon menunggu dengan sabar. akhirnya dengan penuh sabar anak itu datang kembali. namun anak itu telah tumbuh menjadi kakek tua. pohon itu menyapa "hai, kau telah tua, apakah kamu mau bermain denganku ?" " oh tidak pohon, umurku sudah tua, jadi aku tidak bisa bermain denganmu lagi. aku sedang ingin merlayar. namun aku tidak punya perahu untuk aku naiki, maukah kau membantuku ?" tanya anak itu. " oh aku juga tidak punya perahu, namun aku bisa memberikan dahan dahan ini untuk membuat perahu untukmu." " baiklah aku akan menebang dahan dahanmu ini." anak itu menebang dengan penuh semangat dan hati hati.

pohon itu tidak menyangka bahwa anak kecil yang dahulu suka bermain dengannya, sekarang telah menjadi seorang kakek kakek tua yang berjalan harus menggunakan tongkat. setelah itu 1 minggu kemudian kakek itu datang menghampiri pohon itu. sementara pohon itu sudah tidak punya apa apa lagi untuk kakek itu. "hai temanku, maaf aku tidak punya apa apalagi untukmu." "ah tidak apa apa, aku hanya ingin meneduhkan badan. karena hari ini sangat panas." kata kakek itu.

setelah sekian lama ia berteduh di dekat pohon apel itu, kakek itu sadar, apa yang telah pohon itu berikan untuknya. sementara itu ? dirinya tidak pernah memberikan sesuatu untuk pohon itu. kakek itu bertanya " hai temanku, maafkan aku jika aku telah merepotkanmu. aku sudah mendapatkan apa yang aku inginkan, dan kamu telah menolongku. lalu apa yang telah kamu dapatkan dariku ?" lalu pohon itu menjawab " aku telah mendapatkan apa yang aku inginkan." kakek itu bertanya lagi " apa yang telah kamu dapatkan dariku ? aku tidak pernah memberi dan menolongmu" pohon itu menjawab lagi " dengan kamu kemari menghampiriku, kamu sudah menolongku untuk mengobati rasa cemas dan rindu, dan itu sudah cukup bagiku." " benarkah ?" kata kakek itu " ya, benar itu sudah cukup denganku. namun ada yang aku katakan kepadamu." " apa ?" "umurku sudah sangat tua, jadi jadi tidak mungkin bermain dan menemani mu untuk selamanya.. mungkin besok, lusa, minggu depan, atau bulan depan aku sudah mati." kata pohon itu. "maafkan aku aku bila aku terus meminta buah apelmu, daun daunmu, dan dahanmu.. aku sungguh menyesal, semestinya aku harus kerja keras untuk mendapatkan apa yang aku inginkan, bukannya meminta bantuan kepadamu.."
kakek tua itu telah menyesal.. dan 3 minggu setelah itu pohon apel itu mati.. dan kakek itu sangat sedih..


Cerita ini mengibaratkan kita dengan orangtua. beruntung kita masih mempunyai mama dan papa. disaat kita masih kecil, kita sering bermain, bercanda, dan tertawa. namun jika kita sudah beranjak dewasa, kita jarang bermain dengan mereka. kita selalu datang disaat kita memerlukan bantuan, dan saat kita datang, perasaan orangtua serasa senang dan bahagia, betapa sedih, dan perihnya hati mereka jika mereka ditinggal oleh kita. orang tua sangat memerlukan kita untuk mengobati rasa rindu dan cemasnya. dan jika sebaliknya, jika kita ditinggal oleh mereka, hidup ini serasa tidak ada gunanya lagi. maka dari sekarang kita harus membalas jasa mereka dengan cara belajar dengan giat ...



I always love my mother and father
thank you to Mom and Dad who have been taught to read, write and so on ... and that has led me from childhood until now ..




0 comments:

Post a Comment